Siapa sih yang tidak kenal bakso? Rasanya, di setiap kota akan selalu ada penjual bakso, baik berupa kedai maupun dengan gerobak dorong. Termasuk di Kota Subang, penjual bakso tersebar dibeberapa spot. Pada umumnya, penjual bakso mulai berjualan dari pagi hingga malam hari. Namun apa jadinya jika jualan baksonya hingga dini hari? Aldi menamainya bakso jurit malam.

Hasil penelusuran, ternyata bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa-Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari istilah “Bakso” berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti “daging giling”. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam.

Ternyata kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. Bakso Malang dan bakso Solo adalah masakan bakso dan disajikan dengan khas Jawa.

Malam itu jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan malam. Saatnya bersiap pergi ke peraduan untuk istirahat.

“Motor bagus, nggak?,” tanya Andien
“Bagus, kenapa gituh?” Aldi balik nanya.
“Anter yuk ke kantor pos,” mintanya.
“Kan udah malam,” jawab Aldi.
“Tidak, apa-apa,” jawabnya lagi.

Pertanyaan motor bagus atau nggak memang merujuk ke kondisi si Mosil (motor silaturahmi) yang sudah berumur. Honda Supra X 125 tahun 2005 ini memang kadang-kadang usil. Tiba-tiba mogok karena kehabisan bensin, maklum bagian indikator bahan bakarnya sudah terkelupas. Namun, Aldi tetap suka dengan motor berwarna biru ini. Sengaja pakai motor, biar anak-anak tetap di rumah saja.

Tiba di kantor pos.

“Tuh, kan kantor posnya sudah tutup,” ucap Aldi.
“Gapapa, bukan mau ke kantor pos kok. Tapi mau bakso, tuh,” jawabnya sambil menunjuk ke arah gerobak bakso yang persis berada di antara kantor pos dengan kantor Telkom.

Gerobaknya biasa saja seperti bakso dorong kebanyakan. Penjualnya bernama Mas Ringo, asli Solo. Dia mengaku sudah menetap di Subang dari tahun 1998. Percaya sih, karena logat sundanya sudah fasih sekali.

Mereka pun memesan dua mangkuk bakso plus kerupuk udang yang dikemas dalam plastik. Nikmat, makan bakso di tengah malam sambil menikmati pemandangan lampu taman Wisma Karya di jantung Kota Subang. Tidak jauh dari situ juga terdapat deretan hotel dan pertokoan.

“Biasanya sampai jam berapa, mas?” tanya Aldi ke Mas Ringo.
“Saya keluar selepas magrib, pulangnya tergantung pembeli. Kadang dini hari,” jawabnya.

Ia pun bercerita, kadang pembeli datangnya tidak bersamaan, sehingga ketika akan selesai, datang lagi pembeli yang lain. Mangkal di lokasi yang sekarang sudah lebih dari dua tahunan, sebelumnya Mas Ringo berjualan keliling.

Buka hingga larut malam, bakso Mas Ringo ini dapat menjadi referensi bagi yang sedang gabut tengah malam, atau memenuhi keinginan istri yang sedang ngidam makan bakso malam-malam. Makanya Aldi menyebutnya Bakso Jurit Malam. Keasyikan ngobrol, tidak terasa Aldi dan Andien menghabiskan mangkuk ketiganya berdua.