Deretan gedung pencakar langit menjadi pandangan pertama tatkala tirai jendela dibuka dari kamar yang terletak di lantai 24. Kerlap kerlip lampu terlihat nun jauh di sana. Sementara jalan raya mulai sibuk dengan cahaya lampu kendaraan di tengah redupnya pagi. Tiada pilihan lain pagi ini selain mengawalinya dengan bersyukur.

Kenapa? Sejatinya ketika kita diberikan kesempatan untuk bangun setelah terlelap dalam tidur panjang adalah sebuah karunia. Banyak cerita, ketika seseorang tidur kemudian dia tidak pernah bangun lagi di pagi hari. Catatan hidupnya di dunia berakhir, tamat. Tapi tidak di kehidupan selanjutnya.

Lalu bagaimana? Karena ini kesempatan maka pergunakanlah sisa usia kita dalam kebaikan. Benar sajalah apa yang disampaikan Imam Ghazali : “Kenapa kita masih hidup hari ini? Karena dosa kita masih terlalu banyak, dan Allah masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat”.

Bahkan, Allah SWT dalam firmanNya di penggalan QS Al Munafiqun Ayat 10 “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” Namun apa daya, ketika usia kehabisan argo di dunia ini, maka terhentilah kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Menunda-nunda berbuat kebaikan bisa diperumpamakan dengan berjudi. Karena kita tidak tahu sisa usia kita sampai kapan. Oleh karenanya, selagi masih ada waktu dan kesempatan segeralah membuka kran kebaikan sebagai bekal amal kita. Bukan besok, tapi sekarang.