Lho, kenapa bukan final idaman? Bukankah kedua Timnas tersebut mewakili kiblat sepakbola Eropa dengan kompetisi domestiknya masuk di grade A? Mereka juga diisi oleh pemain-pemain sohor dunia dengan banderol harga mentereng di klub masing-masing. Belum lagi mereka langganan menjadi kampiun diberbagai turnamen? Why? Kenapa?

Jawaban saya sangat subjektif, karena saya pendukung Die Mannschact alias Timnas Jerman. Namun memang sayang, di Piala Eropa 2020 ini juara empat kali piala dunia itu tidak berkutik di kandang Timnas Inggris, Wembley Stadium. Gara-garanya jelas, Raheem Sterling dan Harry Kane membuat gol untuk kemenangan The Three Lions.

Kekalahan Tim Panser ini juga menjadi moment perpisahan yang tidak ideal untuk seorang Joachim Loew dengan segudang prestasinya bersama Timnas Jerman. Kekalahan saat melawan Inggris ini menjadi pertandingan terakhir bagi Joachim Loew sebagai pelatih Tim Panser setelah 15 tahun. Ya, Joachim Loew, pelatih 61 tahun ini memutuskan untuk pergi.

Tapi sudahlah, kalah dan menang dalam sebuah turnamen itu hal biasa. Setiap team memiliki masa keemasannya. Mungkin tahun ini saatnya Inggris dapat merengkuh trophi setelah sekian lama puasa gelar. Mencapai final Piala Eropa saja baru kali ini setelah terakhir kali tahun 1960. Sudah berapa tahun tuh bro?

Secara khusus saya lebih memiliki ikatan emosi dengan Timnas Inggris, karena klub Eropa yang saya favoritkan ada di Liga Inggris yaitu Liverpool. Jadi, untuk Piala Eropa kali ini saya akan lebih senang ketika Inggris menjadi kampiunnya. Walaupun kalau harus jujur, kedua tim ini tidak apa-apanya, karena mereka belum pernah mengalahkan Persib Bandung.