“Kuliah dimana mas, kok bacaannya buku Explosives Handbooks,” tanya seorang pria yang duduk di sebelah.
“Kuliah di NIEM, pak,” jawabku.
“Apa NIEM itu? Rasanya baru dengar,” tanya si pria itu penasaran.
“NIEM itu National Institute of Energetic Material, pak,” terangku sambil menoleh ke si penanya.
“Oh, dimana itu?” tanyanya lagi.
“Tempatnya di Kampus Dahana, pak. Di Subang, Jawa Barat,” jawabku sambil membetulkan letak kacamata yang agak miring.
“Wah, ngambil jurusan apa? Bisa diceritakan dong tentang NIEM. Kali saja nanti anak saya bisa kuliah di sana,” cerocos si pria itu serius.
“Di sini ada beberapa fakultas, pak. Nah, saya di Fakultas Explosives dengan Program Studi Defence Explosives. Penjurusannya lebih spesifik mengambil propellant. Ada juga Program studi Commercial Explosives dengan beberapa penjurusan lainnya. Fakultas lainnya juga banyak menawarkan program studi menarik lainnya terkait dengan bahan berenergi tinggi,” aku sedikit menjelaskan.
“Wah, punya brosurnya ngga?” tanyanya lagi.
“Belum dibuat, pak,” jawabku singkat.
“Loh, kenapa?” kejarnya.
“Nanti, NIEMnya baru ada kalau ada bos yang punya mimpi besar,” jawab saya sambil nyengir kuda.
Tentunya saja dialog di atas itu hanyalah sebuah dialog imajiner. Saya hanya ingin bercerita sedikit tentang Kampus Dahana ini. Bentuk bangunannya yang unik ini seringkali membuat decak kagum pengunjung yang datang. Bagaimana bisa bangunannya beratapkan rumput?
Saya sering memelesetkan bahwa Kampus Dahana ini seperti rumahnya Teletubbies, serial kartun di televisi. “Kalau temen-temen lihat dari atas, nanti akan keluar Teletubbies dan mereka akan bilang, berpelukaaaaan,” celoteh saya saat menerangkan maket yang disambut geerrr pengunjung.
Kampus Dahana ini adalah bagian dari Kawasan Energetic Material Center atau yang biasa disingkat EMC. Memiliki luas lahan hampir 600 hektar, EMC menjadi pusat penelitian dan pengembangan, serta produksi bahan berenergi tinggi. Berada di Subang Timur, lokasinya sangat strategis dan unik, diapit dua sungai: Cilame dan Cipunagara, EMC berbatasan langsung dengan dua kabupaten lainnya: Sumedang dan Indramayu.
Nah, Kampus Dahana merupakan green building dengan predikat platinum. Sertifikat yang diraih dari GBCI itu mengantarkan Kampus Dahana menggondol penghargaan dari berbagai institusi, salah satunya menjadi second runner up tingkat Asean. Lantas uniknya apa?
Bentuk bangunan memiliki lima gedung identik laiknya sebuah bunker pertahanan. Kalau baru sekali dua kali ke sini, pengunjung bisa salah masuk gedung karena bentuknya persis sama. Beratapkan rumput hijau, rupanya lima gedung ini mewakili sejarah berupa bentuk bintang seperti logo TNI Angkatan Udara, cikal bakal Dahana. Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah!
Ketika kita memasuki area gedung, suasana terang akan menyambut walaupun tidak ada satu lampu pun yang menyala. Oh, rupanya pencahayaan maksimal datang dari dinding-dinding kaca bening. Bahkan, suasana hijau nampak jelas dibalik kaca sehingga kita enggan beranjak dari kursi lobby. Lampu hanya menyala ketika gelap tiba dan ada sensor tubuh manusia. Bayangkan, kita berjalan di ruangan, lampu menyala satu persatu ketika kita melewatinya. Jreng…jreng……
Haram hukumnya menggunakan air tanah. Pengadaan air di Kawasan EMC ini sepenuhnya mengandalkan air olahan dari sungai yang disebarkan melalui talang air raksasa berbentuk Menara. Makanya, air di toilet terlihat agak keruh karena memang air olahan dari sungai.
Apalagi ya? Masih banyak. Tapi, yang ingin saya ceritakan adalah kaitannya dengan nama Kampus Dahana. Seperti cerita di atas, banyak yang terkecoh dengan nama Kampus Dahana, seolah-olah sebuah universitas atau perguruan tinggi. Rupanya, Kampus Dahana adalah kependekan dari Kantor Manajemen Pusat Dahana.
Tidak salah juga anggapan Kampus Dahana tempat belajar. Sejatinya, Kampus Dahana ini telah dikunjungi oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa pertambangan hingga para ahli militer. Tamu luar negeri dan Menteri sudah sangat sering berkunjung ke sini. Rata-rata mereka ‘belajar’ tentang bahan peledak, baik militer maupun komersial.
Bahkan, beberapa institusi yang menyelenggarakan Kursus Juru Ledak (KJL) menjadikan kunjungan wajib ke DAHANA untuk belajar dan praktek tentang bahan peledak. Bertempat di class room, ‘mahasiswa’ tersebut mendapat materi dari para expert di bidang bahan peledak Dahana. Setelahnya, mereka di bawa ke pabrik dan bunker untuk melakukan uji mutu bahan peledak. Lengkap sudah.
Apakah semua orang bisa berkunjung ke DAHANA untuk belajar bahan peledak? Seperti siswa-siswa sekolah yang masih SD, SMP, SMA bahkan Taman Kanak-Kanak. Nantikan ditulisan berikutnya ya.