“Mana pesilatnya, kok belum kelihatan?” tanya salah satu direksi kepada panitia.
“Itu, pak!” tunjuk panitia itu sambil menunjuk sekumpulan remaja pesantren kilat yang berkumpul lesehan.
“Oh, dikirain pesilat beneran,” ujarnya terkekeh.
Saya jadi teringat saat-saat masih SMA. Dulu, untuk mengikuti kajian seperti pesantren kilat dari Serang merapat ke Cilegon. Waktu itu, DKM Masjid As Salam (Kalau saya tidak lupa) yang berada di sekitaran PT Krakatau Steel, mengadakan Trendy (Pesantren Dynamis). Pesertanya tersebar dari beberapa kota sekitar Cilegon seperti Serang, Merak, Pandeglang dan Anyer. Acaranya menarik, hingga menelorkan beberapa angkatan. Selain mendapatkan materi keagamaan, ada bimbingan psikologinya juga. Saya masih ingat, namanya Kak Sus, psikolog yang juga suka ngisi disana waktu itu. Pokoknya, acaranya asyik banget.
Nah, sebagai seorang yang berkecimpung dibidang komunikasi dan organisasi, dituntut untuk terus mencari celah supaya program yang kita tawarkan bisa terlihat menarik. Maka, kemasan menjadi elemen penting di samping isi yang sudah barang tentu harus sama berbobotnya.
Seperti halnya dengan program DKM Al Akhdar yang berkolaborasi dengan program CSR perusahaan, menelorkan program pesantren kilat Ramadhan 2019. Dengan kemasan Pesilat Dahana 2019, sekilas orang akan sedikit mengerutkan kening sejenak dengan nama tersebut. “Wah, DAHANA selain menghasilkan produk bahan peledak, juga menggembleng para pesilat juga,” kurang lebih seperti itu yang ada dibenak masyarakat.
Sekali lagi ini tentang kemasan acara dan ada yang melatarbelakanginya. Apa saja?
Pertama, perlu nama yang menarik yang bisa dilahap oleh media dengan judul yang sedikit bombastis dan menarik perhatian yang baca. Pesilat identik dengan seni beladiri, sehingga cukup aneh disandingkan dengan nama Dahana sehingga membuat pembaca menjadi penasaran. Dari sisi publikasi media, judul yang ditampilkan media juga cukup menarik, contohnya: DAHANA Akan Gembleng 100 Siswa “Pesilat”.
Kedua, bahwa tingkat pengenalan masyarakat Subang terhadap Dahana masih kurang. Hal ini pernah diteliti secara akademis pada 2016 lalu bekerjasama dengan salah satu universitas di Subang. Hasilnya, setelah pindah ke Subang pada 2012 lalu, tingkat pengenalan Dahana masih berkutat di sekitaran Cibogo dan Kota Subang. Atribut yang paling dikenal menurut penelitian tersebut karena bentuk bangunan yang unik dan program CSRnya.
Maka, Pesilat Dahana ini merupakan salah satu upaya melebarkan ‘duta-duta’ Dahana ke pelosok Subang khususnya. Peserta Pesilat Dahana tersebar dari sekolah-sekolah yang ada di Subang dan bertempat tinggal diberbagai kecamatan. Selain menjadi duta dakwah melalui program pesantren kilat, juga menjadi Duta Dahana karena telah mendapatkan materi pengenalan perusahaan.
Ketiga, peserta masuk golongan millennials. Golongan ini identik dengan gadget dan dunia sosial sehingga diharapkan mampu juga menambah ‘humas’ Dahana di dunia maya.
Keempat, program pembinaan dan berkelanjutan. Sangat penting alumni-alumni Pesilat ini dibina dalam sebuah wadah Alumni Pesilat Dahana per-angkatan. Selain sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan dunia pendidikan, mereka merupakan asset yang juga menjadi duta-duta Dahana di tengah masyarakat. Bahkan nanti hingga memasuki ke jenjang Pendidikan yang lebih tinggi.
Terima kasih untuk para Pesilat Dahana 2019 angkatan I, sampai jumpa di camp berikutnya.