Saya lupa kapan pastinya menggunakan gaya rambut nyaris plontos. Bermula dari ketidaknyamanan menggunakan minyak rambut yang lengket, akhirnya kepala ini mulai akrab dengan potongan rambut yang pendek. Efek yang terasa, hidup menjadi lebih simpel tidak berurusan dengan sisir atau pun minyak rambut. Kemudian, kepala terasa lebih ringan sehingga pandangan juga lebih terang.

Awal-awal masih mencari pola potongan rambut pendeknya. Hingga akhirnya didapatilah ukuran yang pas dan berlaku umum di kalangan tukang cukur. Ketika datang ke tukang cukur atau barbershop, cukup bilang potong pendek nomor dua. Selesai tinggal duduk manis.

Potongan rambut yang hemat ini akhirnya menular ke anak laki-laki. Mereka ingin potongan rambutnya kayak bapaknya. Alhasil, kami sering potong rambut bersama-sama dengan ukuran yang sama: Nomor 2.
Untuk urusan tempat cukur, saya tidak fanatik. Kadang di tukang pangkas rambut asal garut (Asgar) atau ke barber shop anak gaul. Memang keduanya memiliki standar berbeda, baik dari sisi harga maupun fasilitas.

Berdasarkan penelusuran, sedikitnya ada tiga kategori untuk tukang cukur rambut pria. Kategori pertama merujuk pada tukang pangkas rambut biasa dengan rentang harga sekitar Rp 10.000 – Rp. 15.000 dengan fasilitas kipas angin. Lalu, di kategori kedua ada mini barbershop. Biasanya tempatnya sudah rapi dan dilengkapi AC.

Kategori ketiga barbershop dengan tipe “serius”. Tidak hanya menawarkan tempat yang rapi, barbershop jenis ini juga melayani konsultasi gaya rambut serta layanan yang lebih baik. Tentu, harga yang dibayarkan relatif lebih mahal dibanding pangkas rambut atau mini barbershop.