Pernah gak sih, Sobat JJS, kita dibuat repot oleh hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari? Berkas lupa dibawa, jadwal molor, laporan belum siap, atau janji yang terlewat. Lalu kita sibuk menyalahkan situasi, orang lain, bahkan nasib. Padahal kalau ditarik benang merahnya, sering kali sumber keruwetan itu sederhana: kurang disiplin.
Coba bayangkan, berapa banyak energi yang habis hanya untuk memperbaiki sesuatu yang mestinya tidak rusak—hanya karena kita menunda, abai, atau menganggap remeh hal kecil. Di titik ini, hidup jadi terasa penuh drama, padahal yang kita butuhkan cuma satu hal: keteraturan.
Ada satu ungkapan dari M. Scott Peck yang sangat mengena:
“Discipline is the basic set of tools we require to solve life’s problems. Without discipline we can solve nothing. With only some discipline we can solve only some problems. With total discipline we can solve all problems.”
Artinya, disiplin adalah seperangkat alat utama untuk menyelesaikan persoalan hidup. Tanpa disiplin, kita tidak bisa menyelesaikan apa pun. Dengan sebagian disiplin, hanya sebagian masalah yang bisa ditangani. Tapi dengan disiplin penuh—kita mampu menyelesaikan semuanya.
Dan benar saja, semakin disiplin seseorang, semakin sederhana hidupnya. Disiplin menciptakan ketertiban; ketertiban menumbuhkan ketenangan; dan dari ketenangan lahir kejernihan untuk mengambil keputusan. Jadi, disiplin bukan sekadar “taat aturan”, tapi seni mengatur diri agar hidup tidak berantakan.
Nah, supaya semangat disiplin ini gak cuma berhenti di kata-kata, ada tiga hal praktis yang bisa kita seruput bersama:
1. Mulai dari hal kecil dan konsisten.
Jangan tunggu momen besar untuk berubah. Mulai saja dari hal sederhana: bangun tepat waktu, menepati janji, menyiapkan keperluan kerja sebelum berangkat. Disiplin kecil yang diulang setiap hari akan membangun otot kebiasaan besar.
2. Gunakan pengingat dan sistem.
Catat, tempel, atau atur alarm. Disiplin bukan soal ingatan, tapi tentang sistem yang membantu kita menjaga ritme. Kalender, to-do list, atau catatan harian bisa jadi sahabat yang menyelamatkan dari kekacauan.
3. Hadiahkan rasa tenang.
Setiap kali kamu menepati jadwal, datang tepat waktu, atau menyelesaikan tugas lebih awal—hargai dirimu. Bukan dengan hadiah besar, cukup dengan rasa lega. Nikmati kopi hangat sambil berkata, “hari ini aku menangkan diriku sendiri.”
Disiplin itu seperti kopi pahit. Awalnya terasa keras di lidah, tapi makin diminum makin menenangkan. Ia mungkin tidak membuat hidup lebih mudah, tapi pasti membuatnya lebih teratur.
Jadi, sebelum kita mengeluh soal betapa rumitnya hidup, coba periksa dulu: jangan-jangan kita hanya kurang disiplin. Karena seperti kata bijak tadi, setengah dari masalah kita sebenarnya sudah selesai… jika kita mau disiplin.