Secangkir kopi panas menemani malam itu. Hitam, tanpa gula. Seringkali, teman-teman bertanya, “Kang, kenapa kopinya nggak pakai gula? Kan pahit!” Biasanya, saya cuma tersenyum dulu sebelum menjawab, “Kan manisnya udah ada di saya!” Jawaban klasik nan garing yang sering kali keluar tanpa pikir panjang.

Seperti biasa, jika menemukan hal baru yang menarik, saya akan berusaha untuk menuliskannya. Ini adalah cara saya memahami sesuatu—membaca, mendengar, menonton, lalu menulis kembali dengan versi saya sendiri. Bahkan, di antara membaca dan menulis, ada fase mencoba dan mempraktikkannya, supaya lebih terasa vibesnya.

Ini sesuai dengan konsep yang saya dapatkan di Speak To Change dari Akademi Trainer, yang mengajarkan prinsip PCD (Personal, Content, Delivery). Untuk menjadi pembicara, penulis, atau trainer yang baik, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Konten yang kita sampaikan harus sesuai dengan apa yang sudah kita praktikkan.

Beberapa hari lalu, Babeh Jamil membagikan kembali sebuah video yang menarik, dengan istilah yang baru saya dengar: Brilliant Jerk. Saya butuh beberapa hari untuk mencerna dan mencari tahu lebih dalam tentang ini, sambil mendapatkan umpan balik dari tim mengenai materi yang saya bagikan melalui link video tersebut. Saya juga memanfaatkan ini untuk memberikan pelajaran tanpa harus langsung mengajarkan, cukup dengan video yang harus mereka tonton.

Babeh Jamil memulai ceritanya dengan sebuah fenomena. Ada orang yang hebat—IPK bagus, pekerjaan selalu beres, kinerjanya luar biasa. Tapi sayangnya, orang ini menyebalkan dan merusak suasana tim. Ternyata, tipe orang seperti ini disebut sebagai Brilliant Jerk.

Menurut literatur, Brilliant Jerk adalah orang yang sangat cerdas dan berbakat, namun memiliki sikap buruk, arogan, dan sering merusak hubungan dengan orang lain. Walaupun mereka produktif dan sering diandalkan, sikap mereka bisa merusak dinamika tim.

Babeh Jamil bercerita tentang pengalaman mendampingi salah satu BUMN. Petinggi perusahaan itu bingung, apakah memilih orang pintar tapi individualis, atau orang biasa yang bisa berkembang. Hingga akhirnya, mereka bertemu dengan fenomena Brilliant Jerk ini.

Lalu, seperti apa ciri-ciri Brilliant Jerk:

1. Sangat Kompeten
Mereka sangat berbakat dan sering diandalkan untuk tugas besar. Keahliannya membuat mereka sangat berharga.

2. Kurang Empati (Arogan, Sulit Dikriktik)
Mereka seringkali arogan, susah menerima kritik, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.

3. Sering Diandalkan Tapi Tidak Diinginkan Kehadirannya
Meskipun hasil kerja mereka luar biasa, kehadirannya seringkali tidak disukai karena sikap yang merusak keharmonisan tim.

Tentu saja, kita bisa melatih diri untuk menghindari menjadi seorang Brilliant Jerk dengan beberapa cara:

1. Yuk, Latih Kekitaan! Turunkan Egomu
Latih rasa kekitaan. Turunkan ego dan ingat bahwa kesuksesan bukan hanya milikmu. Berbagi pencapaian dengan tim akan membuat hubungan semakin solid.

2. Berlatih untuk Mendengarkan Pendapat Orang Lain
Jangan langsung menyerang atau merendahkan pendapat orang lain. Cobalah mendengarkan. Bisa jadi mereka memiliki pengalaman atau perspektif yang berbeda yang bisa membuka wawasanmu.

3. Berlatih Mengembangkan Tim, Tidak Hanya Fokus pada Hasil
Jangan hanya fokus pada hasil individu. Ajak tim untuk tumbuh bersama, karena keberhasilan tim jauh lebih berharga daripada pencapaian satu orang saja.

4. Latih Sikap Humble / Rendah Hati
Seperti air yang selalu mengalir ke tempat rendah, latihlah sikap rendah hati. Menerima masukan dan menghargai orang lain akan menciptakan suasana yang lebih positif dan saling mendukung.

Lalu, bagaimana cara menghadapi Brilliant Jerk sebagai seorang pemimpin?

Sebagai pemimpin, kita harus hati-hati menghadapi Brilliant Jerk. Berikut beberapa pendekatan yang bisa diterapkan:

1. Sadar bahwa Brilliant Jerk Itu Berbahaya, Jangan Dibiarkan
Meskipun kontribusinya besar, sikap buruk mereka bisa merusak tim. Jangan biarkan mereka terus membawa dampak negatif, meskipun hasil kerjanya luar biasa.

2. Melakukan SBI Feedback (Situational, Behaviour, Impact)
Memberikan umpan balik dengan metode SBI sangat efektif. Sebagai pemimpin, jelaskan situasi yang terjadi, perilaku yang perlu diperbaiki, dan dampaknya.

Contoh:
o Situational: Saat presentasi tim
o Behaviour: Mengkritik dengan bahasa yang kasar atau menyakitkan
o Impact: Orang yang dikritik merasa sakit hati dan kehilangan semangat

3. Sampaikan Budaya Tim Lebih Penting Daripada Keunggulan Pribadi
Sebagai pemimpin, pastikan budaya tim lebih penting dari pencapaian pribadi. Meskipun seseorang sangat berbakat, lebih baik kehilangan satu orang berbakat daripada merusak keharmonisan tim. Ajak semua anggota tim untuk tumbuh bersama.

Di akhir cerita, setelah membagikan video tersebut dan meminta tim untuk menontonnya, feedback yang saya terima sangat positif. Tentunya, saya berharap tidak ada anggota tim yang terjangkit karakter Brilliant Jerk. Semoga kita semua bisa terus berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai tim!

O, ya. Terima kasih untuk Babeh Jamil yang selalu menginspirasi dan menantang saya untuk menulis kembali.