Perjalanan dari Subang menuju Tasikmalaya selalu punya banyak pilihan. Seperti secangkir kopi panas, ada pahit, ada manis, dan ada aroma khas yang membuatnya berkesan. Begitu juga dengan jalan. Setiap jalur membawa rasa dan pengalaman yang berbeda.
Saya mencoba membandingkan tiga jalur utama: lewat Bandung (Cileunyi), lewat Sumedang (Wado), dan lewat Majalengka – Jahim – Panjalu. Dan dari semua jalur itu, yang terakhir terasa paling segar, unik, sekaligus menjanjikan pengalaman perjalanan yang berbeda. Mari kita seruput satu per satu.
1. Jalur Bandung – Cileunyi – Tasikmalaya
Inilah jalur klasik yang sering dipilih banyak orang. Dari Subang, kita bisa masuk Tol Cipularang melalui Sadang, atau Tol Cisumdawu lalu keluar di Cileunyi. Ada juga opsi lewat Lembang jika ingin sekadar menyejukkan mata dengan hamparan pegunungan.
Dari Cileunyi, jalan berlanjut ke arah Nagreg – Limbangan – Malangbong – Tasikmalaya. Jalan raya cukup lebar, aspal rata, dan ramai kendaraan. Namun, jalur ini punya “bumbu” khas: tanjakan Nagreg dan Gentong. Siapa yang sering melewatinya pasti tahu rasanya menunggu truk besar ngos-ngosan di tanjakan. Kadang butuh kesabaran ekstra karena kemacetan bisa mengular panjang, apalagi di musim libur.
• Estimasi waktu: 4–5 jam, bisa lebih lama di hari sibuk.
• Kota yang dilewati: Bandung, Nagreg, Limbangan, Malangbong, Tasik.
• Highlight: padat, ramai, tapi selalu terasa “mainstream.” Cocok kalau ingin jalur yang jelas dan penuh fasilitas.
2. Jalur Sumedang – Wado – Malangbong – Tasikmalaya
Jalur kedua ini lebih tenang. Dari Subang, masuk Tol Cisumdawu dan keluar di Sumedang, lalu lanjut ke arah Wado – Malangbong, hingga akhirnya bertemu jalur utama Bandung – Tasik. Untuk mencapai Sumedang, bisa juga menggunakan jalur Subang – Jalan Cagak – Sumedang. Hanya saja jalur ini biasanya cukup padat.
Sensasi melewati jalur Wado ini berbeda. Jalanan lebih sepi, udara lebih sejuk, tapi juga menyimpan tantangan tersendiri. Di kawasan Wado, jalan berkelok naik-turun dengan suasana yang cukup sunyi. Menarik di siang hari, namun agak mencekam jika lewat tengah malam.
• Estimasi waktu: 4 –5 jam, dengan catatan lalu lintas lancar.
• Kota yang dilewati: Sumedang, Wado, Malangbong.
• Highlight: relatif cepat, tapi tidak disarankan lewat larut malam karena sepi.
3. Jalur Majalengka – Jahim – Panjalu – Tasikmalaya
Nah, ini dia jalur yang menurut saya paling menarik. Dari Subang, kita bisa masuk Tol Cipali dan keluar di Kertajati (Majalengka). Dari sini, perjalanan berlanjut melalui Majalengka Kota – Cikijing, lalu menembus Jalur Jahim yang berkelok indah. Jalan ini akhirnya mengantar kita turun ke kawasan Panjalu hingga masuk Tasikmalaya.
Berbeda dengan jalur lain, jalur ini seperti menyajikan “paket lengkap”: jalan yang relatif mulus, lalu lintas yang tidak terlalu padat, serta pemandangan hijau di kanan kiri. Ketika melewati Cikijing – Jahim, kita disuguhi udara pegunungan yang segar. Belokan tajam memang ada, tapi justru di situlah letak tantangannya. Di sisi lain, ada hamparan hutan pinus tipis, lembah, dan sesekali rumah penduduk yang memberi nuansa pedesaan.
Begitu memasuki Panjalu, suasana berubah lebih tenang. Kawasan ini terkenal dengan Situ Lengkong Panjalu, danau yang kerap jadi tujuan wisata religi dan keluarga. Jika punya waktu luang, bisa mampir sejenak menikmati pemandangan air tenang dengan latar bukit hijau.
• Estimasi waktu: 4–5 jam, lebih stabil karena jarang macet.
• Kota/Kawasan yang dilewati: Kertajati – Majalengka – Cikijing – Jahim – Panjalu – Tasikmalaya.
• Highlight: jalan mulus, lalu lintas ringan, dan pemandangan yang segar. Cocok untuk yang ingin menikmati perjalanan, bukan sekadar cepat sampai.
Tips Perjalanan Jalur Jahim – Panjalu
1. Gunakan Google Maps dengan bijak. Pilih mode “tol + non-tol” agar diarahkan ke jalur utama. Jangan tergoda jalur alternatif kecil yang seringkali lebih lambat dan berliku.
2. Isi bensin penuh sebelum masuk Cikijing. SPBU jarang ditemui setelah itu.
3. Siapkan stamina dan kendaraan prima. Banyak tikungan tajam dan tanjakan. Pastikan rem dan mesin dalam kondisi oke.
4. Hindari waktu gelap. Kabut di Jahim cukup pekat di sore atau malam hari, bisa mengurangi visibilitas.
5. Bawa uang elektronik dan tunai. Untuk tol Cipali jelas perlu e-toll, tapi di Panjalu dan sekitarnya, masih banyak warung kecil yang hanya menerima uang tunai.
6. Jika dari Tasik ingin ke Jakarta, jalur ini sangat recommended. Dari Tasik – Panjalu – Jahim – Majalengka – masuk tol Cipali Kertajati, langsung meluncur ke arah Cikampek – Jakarta tanpa harus melewati macetnya jalur Malangbong – Nagrek.
Seruput Kopi Panas
Setiap jalur punya ceritanya sendiri. Jalur Bandung memberi nuansa ramai, penuh lalu lintas, dan kadang melelahkan. Jalur Sumedang menyajikan ketenangan, tapi agak rawan di malam hari. Sementara jalur Majalengka – Jahim – Panjalu adalah perpaduan antara perjalanan lancar, pemandangan indah, dan pengalaman yang berkesan.
Kalau hidup adalah perjalanan, maka memilih jalur ibarat memilih cara menikmati hidup. Ada yang suka cepat meski macet, ada yang suka sepi meski rawan, ada pula yang memilih jalur berliku tapi penuh keindahan.
Seruput kopi panas, nikmati perjalanan kita, karena kadang yang terindah bukan di tujuan, melainkan di sepanjang jalan.