Dalam sebuah forum, sering kali kita terpesona dengan slide demi slide yang penuh data, angka, dan jargon. Namun, ada kalanya satu pertanyaan sederhana justru mampu menyalakan refleksi yang lebih dalam. Itulah yang saya rasakan ketika menghadiri FHCI Connect Expert Series 3, sebuah ajang yang digelar oleh Forum Human Capital Indonesia—wadah bagi para praktisi HC di lingkungan BUMN untuk berbagi praktik terbaik dan gagasan strategis.
Bertempat di Nawasena Mandiri University, Jakarta, acara ini menghadirkan beberapa narasumber dari dari lingkungan BUMN maupun narasumber eksternal dengan topik seputar pengembangan talenta. Dalam sesi pembuka diskusi, seorang peserta melontarkan pertanyaan yang sederhana namun menggelitik kepada salah satu narasumber Handi Kurniawan, SVP Human Capital Strategy & Talent Management PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
“Mengapa banyak talenta Bank Mandiri mampu menduduki posisi-posisi strategis di Indonesia?”
Pertanyaan yang tampak biasa, tapi jawabannya membuka rahasia besar. Handi menyebut dua faktor utama. Pertama adalah budaya Mandiri: selalu menanamkan sikap beyond expectation. Artinya, memberikan lebih dari yang diminta. Presentasi tidak sekadar mengisi waktu, tetapi dibuat sebaik mungkin. Tugas sederhana pun diperlakukan dengan standar tinggi. Tidak ada yang setengah hati.
Kedua adalah praktek Human Capital yang komprehensif. Salah satu pendekatan pengembangan diri yang diadopsi Bank Mandiri melalui Proven & Scientific Development Framework. Prinsip 70-20-10 menjadi tulang punggung: 70% belajar dari pengalaman nyata dan rotasi pekerjaan, 20% melalui coaching dan mentoring, serta 10% lewat pendidikan formal dan pelatihan. Dengan cara ini, talenta tidak hanya tumbuh dari bawah, tapi tumbuh dengan nilai yang sama, disiplin, dan terarah.
Apa Artinya bagi Kita?
Kita mungkin bukan pegawai Bank Mandiri. Kita mungkin bekerja di BUMN lain, perusahaan swasta, bahkan lembaga kecil. Namun prinsip beyond expectation sebenarnya bisa diterapkan di mana pun. Ia bukan soal besarnya perusahaan, tetapi soal sikap kerja sehari-hari.
• Kalau rapat dimulai pukul delapan pagi, kita hadir lebih awal dan mempersiapkan perangkat pendukungnya.
• Kalau rekan kerja berharap kita datang rapat dengan catatan standar, kita hadir dengan analisis tambahan yang memberi perspektif baru.
• Kalau atasan menunggu laporan mingguan dalam format biasa, kita bisa menambahkan visualisasi data agar lebih mudah dicerna.
• Kalau pelanggan mengeluh, kita tidak hanya memberi jawaban “nanti dicek”, tapi menindaklanjuti dengan solusi alternatif.
Hal-hal kecil seperti itu membuat orang melihat kita berbeda. Lama-lama, perbedaan kecil ini membangun reputasi besar.
Langkah Praktis untuk Hidup Beyond Expectation
1. Siapkan diri lebih awal
Jangan tunggu deadline menekan. Persiapan yang matang membuat kita bisa menambahkan nilai lebih.
2. Pikirkan sudut pandang penerima
Apa yang akan membuat atasan lebih mudah mengambil keputusan? Apa yang akan membuat pelanggan merasa lebih dihargai? Jawaban atas pertanyaan ini sering jadi pintu masuk beyond expectation.
3. Tingkatkan detail sederhana
Laporan yang rapi, presentasi dengan visual menarik, atau bahkan email yang ditulis sopan dan jelas—semua itu tanda profesionalisme.
4. Terbuka terhadap umpan balik
Orang yang mau belajar dari komentar, kritik, atau masukan akan selalu punya ruang untuk melampaui standar.
5. Lakukan konsistensi kecil
Bukan soal satu kali tampil spektakuler, tetapi bagaimana kita terus menanamkan kualitas dalam rutinitas sehari-hari.
Sering kali kita ingin mencapai hal besar, tapi lupa bahwa keunggulan lahir dari kebiasaan kecil. Beyond expectation bukan berarti harus membuat terobosan luar biasa setiap hari. Terkadang, cukup dengan satu langkah lebih maju dibandingkan ekspektasi orang lain. Satu langkah lebih teliti, satu langkah lebih sigap, satu langkah lebih peduli.
Itulah yang menjadikan talenta Mandiri diperhitungkan di banyak tempat. Dan itu pula yang bisa kita lakukan di ruang kerja kita masing-masing.
Seruput kopi panas, mari belajar melampaui harapan. Karena keunggulan bukanlah kebetulan, melainkan buah dari pilihan konsisten untuk selalu memberi yang terbaik.