Beberapa hari lalu, saya menerima pesan yang berbunyi:

“Selamat siang Ibu Juli Jajuli, semoga sehat dan selalu berkah. Perkenalkan, nama saya xxx dari xxxxx. Mohon izin, kami bermaksud untuk memperkenalkan xxx (AI Hukum) dan Platform xxx sebagai referensi tools bagi tim legal untuk membantu riset peraturan dan analisis peraturan menjadi lebih mudah untuk xxxx.”

Atau pesan lainnya, beberapa hari lalu, seperti ini: “Halo, selamat sore Mba, kenalin saya xxx, Produser xxxxx. Kebetulan dapat kontak dari xxxx. Kita sering ngerjain webseries, short film, digital ads, TVC,” demikian pesan itu.

Awalnya, saya sering merasa sedikit jengkel saat dipanggil “Ibu”. Bertahun-tahun, mungkin sudah puluhan atau bahkan ratusan kali saya dipanggil dengan sapaan itu. Tapi lama-kelamaan, saya mulai terbiasa dan bisa berdamai dengan diri sendiri. Dalam pandangan stoic, mereka yang memanggil saya seperti itu sebenarnya sedang berada di luar area kontrol saya.

Sebenarnya, tidak salah juga jika mereka memanggil saya “Ibu”. Nama saya yang berakhiran “-i” memang cenderung diidentikkan dengan gender perempuan. Ini mirip dengan teman saya, Dani Prasetya, yang sering dipanggil “Pak” atau “Mas,” padahal dia seorang ibu. Nama terkadang bisa mengecoh. Tapi, seperti kata Shakespeare dalam Romeo and Juliet, “Apalah arti sebuah nama?”

“Apalah arti sebuah nama?” adalah salah satu kutipan terkenal dari drama Romeo and Juliet, karya William Shakespeare, tepatnya pada adegan kedua di babak kedua. Dalam dialog tersebut, Juliet berbicara kepada Romeo yang berasal dari keluarga yang bermusuhan dengan keluarganya. Juliet berkata:

“Apa arti sebuah nama? Apa yang kita sebut dengan nama, oleh bunga mawar, akan tetap memiliki aroma yang sama. Jika Romeo tidak dipanggil Romeo, apakah dia tetap menjadi orang yang sama? Romeo, lepaskanlah nama itu, dan aku akan lebih bahagia.”

Dengan kata lain, Juliet berpendapat bahwa nama hanyalah sebuah label dan tidak mempengaruhi esensi atau hakikat seseorang. Meski nama seseorang atau sesuatu itu bisa berbeda, namun makna atau kualitasnya tetap sama.

Ah, sudahlah. Saya tidak sedang hendak berbicara tentang Juliet, karena saya ini Juli Jajuli. Dari cerita awal di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa saat hendak memulai percakapan atau komunikasi dengan orang baru, sebaiknya kita melakukan riset kecil-kecilan terlebih dahulu. Cari profil orang yang akan kita temui atau sapa.

Mencari informasi tentang orang yang akan kita temui sebelum pertemuan adalah langkah yang sangat bijak. Ini bisa membuat kita merasa lebih siap dan percaya diri saat berkenalan, dan yang paling penting, kita tidak akan salah menyebut gendernya.

Nah, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mencari informasi tentang seseorang:

1. Nama Lengkap dan Gelar
Pastikan kita mengetahui nama lengkap orang tersebut, termasuk gelar yang tepat (misalnya, Dr., Bapak/Ibu, atau Saudara/Saudari). Ini penting agar kita bisa memanggilnya dengan benar dan menghormati gelar atau jabatan yang dimilikinya. Beberapa orang mungkin lebih suka dipanggil dengan nama panggilan atau nama akrab, seperti saya yang karib dipanggil Kang JJS, merujuk pada nama panjang saya, Juli Jajuli Sejulijulinya.

2. Posisi dan Pekerjaan
Penting untuk mengetahui pekerjaan atau jabatan orang tersebut, agar kita bisa berbicara lebih lancar, terutama jika pertemuan itu terkait dengan dunia profesional. Jika orang tersebut bekerja di perusahaan atau organisasi tertentu, pelajari apa peran mereka di sana, misalnya apakah mereka seorang manajer, direktur, atau rekan sejawat.

3. Latar Belakang Pendidikan
Mengetahui di mana orang tersebut belajar atau bidang pendidikan yang ditempuh dapat membuka topik pembicaraan yang lebih personal atau relevan. Jika kita mengetahui mereka adalah alumni universitas tertentu, kita bisa membicarakan pengalaman kuliah atau institusi tersebut.

4. Minat dan Hobi
Coba cari tahu apakah orang tersebut memiliki hobi atau minat tertentu yang bisa dijadikan topik pembicaraan yang menyenangkan. Misalnya, apakah mereka tertarik pada olahraga, musik, atau seni? Jika kita memiliki minat yang sama, ini bisa menjadi cara bagus untuk mencairkan suasana. Beberapa orang mungkin membagikan kegiatan atau minat mereka di platform media sosial, jadi cek akun mereka jika ada.

5. Pengalaman atau Prestasi
Jika orang tersebut memiliki pencapaian atau prestasi penting dalam karier atau bidang mereka, mengetahui hal ini dapat memberi kita bahan untuk memberikan pujian atau memulai percakapan.

Lantas, di mana kita sebaiknya mencari informasi tersebut?
• LinkedIn: Untuk informasi profesional seperti pekerjaan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja.
• Media Sosial (Facebook, Instagram, Twitter): Untuk mengetahui minat pribadi, hobi, atau aktivitas terkini yang mereka bagikan.
• Website Pribadi atau Perusahaan: Jika orang tersebut memiliki website pribadi atau terhubung dengan perusahaan tertentu, kita bisa mencari informasi lebih lanjut di sana.

Sebagai contoh, jika kita hendak bertemu dengan Pak Juli Jajuli, kita bisa mencoba mencari namanya di Google. Informasi yang keluar bisa menjadi referensi percakapan saat bertemu.

Dengan menyiapkan informasi ini sebelumnya, kita bisa merasa lebih nyaman dan percaya diri saat bertemu dengan orang tersebut. Mengetahui sedikit tentang mereka juga memberi kita bahan percakapan dan cara untuk membangun hubungan yang lebih baik sejak awal.

Dan, tidak lagi ada yang akan memanggil saya dengan sapaan “Ibu Juli Jajuli”.