Bagi yang tinggal atau pernah tinggal di Kota Kembang Bandung, rasanya cuanki sudah tidak asing lagi. Meminjam definisi dari Om Wiki, cuanki merupakan salah satu jajanan yang berasal dari Kota Bandung yang berbahan dasar ikan, daging sapi, tepung tapioka, dan bumbu penyedap lainnya yang disajikan dengan kuah kaldu yang kuat berisi bakso, siomay kukus, siomay goreng, tahu goreng, dan tahu rebus dengan taburan bawang goreng dan daun seledri. Cuanki kekinian tak dapat dilepaskan dari mie instan kuah dari merek mie instan mainstream yang biasanya memiliki pilihan rasa ayam bawang atau soto.
Konon katanya, “Cuanki” ini memiliki kepanjangan “Cari Uang Jalan Kaki”, karena sejak zaman dahulu hingga sekarang cuanki dijajakan dengan cara dipikul berjalan kaki. Hal ini masih banyak dapat kita jumpai selama berkeliling di Kota Bandung. Seperti perjalanan saya ketika menerobos jalur Lembang – Dago via Punclut, sepanjang jalan komplek Citra Green banyak ditemui pedagang cuanki.
Selain orang Bandung, kebanyakan pedagang cuanki ini berasal dari Priangan Timur seperti Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Seperti pedagang yang saya temui di Citra Green, sebut saja namanya Ajo yang berasal dari Tasikmalaya. Pada saat kuliah dulu di Ciwaruga tahun 2000an, ada pedagang cuanki legendaris yang bernama Ridwan. Pria berambut agak kriting dan berkulit sedikit hitam ini berasal dari Garut. Entah sudah berapa lulusan yang menikmati kekhasan cuankinya ini.