Masjid Salman ITB merupakan salah satu spot menarik di Kota Bandung. Selain memiliki letak strategis di pusat kota, masjid ini pun menawarkan suasana lain yang mengesankan. Bangunan masjid dengan konsep terbuka berlantai kayu, serta fasilitas pendukung lainnya membuat nyaman dalam melaksanakan ritual ibadah. Area outdoor dengan taman asri yang luas pun membuat betah untuk anak-anak bermain. Area bawah lainnya dilengkapi dengan kursi-kursi lengkap dengan fasilitas box untuk mengisi daya handphone. Tak ketinggalan sebuah mini market dan kantin. Sayangnya selama pandemi kantin tutup.
Ihwal asal muasal nama Salman, dikutip dari salmanitb.com, ternyata berasal dari Bung Karno pada 1963. Seperti diceritakan dalam sebuah dialog di Istana waktu itu. Siapa itu sahabat yang menggali parit pada saat Perang Khandaq?” tanya Presiden Soekarno sambil menoleh pada orang disampingnya, Saifuddin Zuhri, Menteri Agama RI. Pertanyaan itu refleks terlontar dari mulutnya. Sang Menteri yang juga pimpinan NU dengan sigap menjawab,”Salman.” Jawabannya bersambut sang Presiden, ”Nah itu, Masjid ini saya namakan Salman!”
Sabtu siang, dari pengeras suara masjid terdengar suara adzan dhuhur. Suara adzan yang merdu bernada Al Aqsho yang khas menyayat hati. Nada khas Al Aqsho ini seperti merintih, mengadu kepada Rabb pemilik alam semesta. Seolah mewakili masa-masa prihatin kiblat pertama umat muslim saat ini yang berada dalam kungkungan agresor. Kalau tidak percaya, coba buka youtube dengan kata pencarian adzan Al Aqsho. Jarang sekali di Indonesia muadzin yang menggunakan nada adzan seperti ini.
Sudah sepatutnya memuliakan rumah Allah dengan memberikan fasilitas terbaik , kegiatan yang makmur, termasuk kualitas muadzin dan imam terbaik pula.