Ketika bicara mendaki gunung, yang saya ingat pasti Gunung Burangrang. Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dengan Purwakarta ini memiliki ketinggian 2.050 mdpl.
Burangrang merupakan gunung api mati bagian dari rangkaian pegunungan purba seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Bukit Tunggul yang terbentuk dari sisa letusan Gunung Sunda Purba zaman prasejarah yang membentuk cekungan mangkuk Bandung Raya.
Suatu hari bersama teman-teman kuliah sekitar 10 orang, berangkatlah kami ke gunung itu. Karena satu dan lain hal, keberangkatan terlambat hingga menjelang sore. Perjalanan jalan kaki ditempuh hingga kegelapan mulai merayapi hutan.
Nahas, cuaca berubah ekstrim. Hujan lebat mengguyur hingga jalan setapak dan menanjak licin. Perjalanan nampak berat jika dilanjutkan. Akhirnya turun sedikit mencari tanah yang agak lapang dan menggelar tenda. Kami bermalam disitu.
Keesokan harinya, kala memasak untuk sarapan, seseorang lewat, sepertinya warga sekitar, sambil menyapa. “Wah, kemping didieu, wanian deket makam,” ujarnya sambil menunjuk ke arah makam.
Kami hanya tersenyum kecut sambil saling pandang. Untungnya saya bisa tidur pulas semalam, jadi tidak merasakah yang aneh-aneh. Entahlah teman yang lain.