Jagat pemberitaan media di negeri +62 ini    sering menarik perhatian publik.  Ketika kasus pemboman oleh terduga teroris langsung dikaitkan dengan tudingan pengalihan isu.  Pun begitu kasus kemunculan kerajaan fenomenal Sunda Empire sontak mengundang kecurigaan sebagai pengalihan isu untuk menutup pemberitaan kasus asuransi nasional.  

Apakah benar pengalihan isu? Tidak ada yang benar-benar bisa membuktikannya, malah polemiklah yang berkembang. Saya tidak hendak membicarakan politik dalam tulisan ini.

Terlepas dari dua contoh kasus yang dituding pengalihan isu, dalam kehidupan sehari-hari saya termasuk piawai dalam masalah pengalihan isu ini. Lho kok bisa?  

Ketika anak bungsu saya yang berusia tiga tahun merengek ingin minum es diwaktu pagi padahal belu sarapan, dengan sigap saya melakukan pengalihan isu, “Eh, de.  Lihat barusan ada cicak berlari-lari.  Kita hitung yuk ada berapa,” ujar saya sambil menunjuk ke arah lukisan di dinding.  Biasanya memang cicak suka mangkal di situ.  Seketika tangis si bungsu reda sambil celingak-celinguk.  Pengalihan isu berhasil.

Anak kedua saya yang berusia enam tahun kadang terlalu lama menonton Boboiboy.  Akhirnya tv hendak dimatikan namun anak menjadi rewel.  “Aa, ayo kita siram tanaman Yuk.  Kasihan pohon tomatnya pengen minum,” ajak saya.  Akhirnya dia pun berhenti rewel dan memilih keluar rumah untuk menyiram tanaman.  Kebetulan dia suka sekali main air.  Pengalihan isu berhasil.

Praktek pengalihan isu ini sebenarnya sudah biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.  Bahkan tujuannya baik, seperti contoh di atas supaya anak menjadi lebih sehat dengan aktivitas yang bermanfaat.  Namun pengalihan isu akan menjadi berbeda ketika masuk ke ranah politik.  Ruwet.