Dinihari sudah nangkring di bandara lebih asyik ketimbang masih terjebak di kemacetan dengan rasa was-was yang menggila. Seperti subuh ini, pukul tiga dinihari saya telah duduk manis di deretan kursi hitam bandara. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan lebih santai sambil menunggu waktu terbang.
Pengalaman pahit tertinggal pesawat pernah saya rasakan. Yang saya ingat, dua kali pernah tertinggal pesawat dengan alasan yang berbeda. Pertama, Agustus tahun lalu. Jadwal pesawat pukul enam pagi ke Pekanbaru. Saya berangkat dari rumah pukul satu dinihari dengan asumsi empat jam tiba di bandara. Ternyata, efek kemacetan pembangunan Tol Cikampek di Karawang yang menggila mengubah jalan cerita.
Sholat Subuh terpaksa dilakukan di kendaraan karena tidak pas dengan lokasi rest area. Terlelap, hingga terbangun pukul 05.30 “Di mana ini, kang?” tanya saya ke driver yang mengantar dengan mata masih kabur. “Masih di Slipi,” jawabnya.
Sejenak tertegun hingga akhirnya benar-benar tersadar, “Saya ketinggalan pesawat,” gumam saya dalam hati. Perjalanan Slipi Bandara lancar, hingga saya tiba di pelataran Terminal 3 Soeta pukul enam. Saya datang, pesawat (telah) terbang.
Pengalaman kedua terjadi beberapa tahun silam kala dinas dengan kolega. Menginap di hotel yang ada di Bandara Sepinggan Balikpapan dengan harapan dekat dengan bandara. Keasyikan sarapan, baru tersadar terdengar panggilan terakhir sayup di tengah kebisingan suara aktivitas sarapan restoran untuk penerbangan ke Jakarta yang akan saya tumpangi. Padahal belum check in.
Kami pun berjalan cepat setengah berlari. Namun dewi fortuna rupanya sedang enggan menghampiri kami, pesawat telah terbang ketika kami selesai check in. Beberapa tahun silam memang belum secanggih sekarang untuk proses check in dan boarding pesawat yang sudah dalam genggaman smart phone.
Akhirnya baru dapat penerbangan sore karena penuh terus. Satu yang bikin ‘keki’ kesalip juga oleh kawan yang jadwal terbangnya siang. Saya malah bareng dengan kawan yang jadwal terbangnya sore hari.
Datang lebih awal ke bandara sangat disarankan karena kondisi perjalanan ke bandara sulit ditebak. Kita hanya bisa memprediksi, masalah kemacetan suka-suka jalanan. “Emangnya gue pikirin,” katanya.