“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas pasir”. Pepatah dan lirik lagu kasidah itu masih terngiang jelas dalam ingatan walau sering didengarnya waktu zaman sekolah dulu. Selain mengandung makna yang dalam, saya pun sangat merasakan kebenarannya.

Bagaimana tidak, setelah usia dewasa, belajar dan menghafal sesuatu itu susah ingat gampang lupa. Berbeda sekali dengan pada saat masih kecil dan remaja. Bahkan hafalan-hafalan surat-surat pendek dalam Juz 30 itu warisan hafalan masa kecil. Setelah dewasa, yaitu tadi, susah ingat mudah lupa.

Oleh karenanya, memaksimalkan usia emas anak sangat penting. Baik dalam sisi akademis maupun pembelajaran akhlak dan sosial. Ada beberapa pengalaman sehari-hari yang terkadang membuat saya merasa malu sendiri karena ‘ditegur’ oleh anak yang notabene masih krucil.

Semisal masalah adab makan dan minum, anak-anak sangat ketat sekali dengan adab makan dan minum harus sambil duduk. Satu sama lain sambil mengingatkan hingga ke anak paling bungsu, “Duduk, minumnya,” ujar si Kakak ke si Bungsu.

Contoh lainnya, anak kedua seusia TK A kalau hendak masuk kamar mandi suka mendadak ‘ngerem’ dulu di depan pintu sambil sesekali bertanya, ” Bi, kaki kiri yang ini ya?” saya jawab iya dengan anggukan kepala. Dia pun bergumam membaca doa masuk kamar mandi. Begitu pun pada saat keluar kamar mandi berhenti dulu sambil komat kamit sebelum melangkahkan kaki kanan pada saat keluar. Berbeda sekali dengan bapaknya yang seringnya lupa ‘ritual’ itu.

Pernah suatu ketika saya marah-marah saat berkendaraan karena kondisi macet, dari jok belakang ada alarm bunyi, “La taghdob walakal jannah, janganlah marah surga untukmu.” Saya hanya tersenyum kecut. Dalam hati bersyukur, pendidikan di sekolah dan di rumah membekas di anak.

Konsistensi merupakan tantangan tersendiri dalam mendidik dan membersamai mereka. Terkadang rasa malas, lelah dan kesibukan datang menghampiri, di situlah alarm kasih sayang istri berbunyi. “Bi, bla… bla… bla….! Akhirnya kuy cemungut lagi. Karena anak adalah amanah dan kita tidak ingin meninggalkan jejak hampa diusia emasnya.

Berusaha mengisi memori masa kecil mereka dengan kegiatan menghafal dan membaca buku bersama, pergi ke masjid dan hal-hal lainnya. Sebagaimana para alim ulama mengingatkan “pentingnya adab sebelum ilmu”. Robbii habli minasholihin. Aamiin.