Romantis Hak Segala Bangsa
“Abi, minta tolong dong fotoin sama Kakak,” ujar keponakan selepas berziarah ke makam emak.
“Kak, sini. Kita pakai gaya gini ya,” sambungnya sambil memeragakan gaya punggung saling membelakangi.
Jepret, jepret, kamera iphone s6 mengambil gambar dari beberapa sisi.
“Sekarang giliran abi sama ummi, sini di fotoin,” ujarnya sambil mengambil handphone di lenganku.
“Ok, siapa takut?!” Jawab saya sambil melirik istri yang juga tertawa tak menyangka.
Akhirnya, dengan sedikit canggung, maklum bukan model, kami pun bergaya sambil saling membelakangi dengan pandangan ke depan.
Hasilnya? Rasanya tak kalah dengan model papan atas Indonesia. Saya suka dengan kaos berwarna biru oleh-oleh dari Balai Pustaka saat berkunjung ke Istana Peradaban yang ada di Jalan Bunga. Waktu berkunjung ke BP dulu, selain menyusuri istana peradaban juga mendapat cerita banyak tentang sejarah BP dari Pak Dirutnya. Kapan-kapan saya cerita tentang Spot wajib para sastrawan ini.
Kembali ke foto tadi, saya jadi teringat pembukaan UUD 1945, disitu dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Kalau versi kekiniannya ada diiklan Ramayana, “Keren adalah hak segala bangsa”. Kalau versi saya, “Romantis adalah hak segala bangsa”. Sudah, itu saja.